Senin, 08 Juli 2013

artikel terumbu karang





ARTIKEL TERUMBU KARANG
(Rehabilitasi Terumbu Karang dengan cara yang mudah dan sederhana),




Oleh :

Adi Ilhan Nuari
1017021018








 









JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013





LEMBAR PENGESAHAN



Judul Makalah             : Rehabilitasi Terumbu Karang dengan cara yang mudah dan sederhana 
   Nama Mahasiswa        : Adi Ilhan Nuari
   No Pokok Mahasiswa : 1017021018
  Jurusan                         : Biologi
  Fakultas                       : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


MENYETUJUI

1.      Dosen Pendanping




Endang L. Widiastuti, Ph.D.
NIP.196106111986032001


2.      Ketua Jurusan Biologi FMIPA






Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc.
NIP. 196603051991032001











KATA PENGANTAR



Syukur kami panjatkan ke-hadirat
ALLAH swt, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, karyai lmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunyaAdapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Program Sarjana, pada semester VI, di tahun ajaran 2013, dengan judul Rehabilitasi terumbu karang dengan tehnik mudah dan sederhana.

Dengan membuat makalah inii diharapkan mampu untuk mengenalkan cara yang mudah dan sederhana untuk menjaga serta melesttarikan terumbu karang dengan cara tranplanstasi teumbu karng hal yang kadang belum pernah dikenal maupun didengar oleh masyarakat luas.

Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mempunyai pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang sebagai salah satu penyangga kehidupan di laut.





















ABSTRAK





Rehabilitasi terumbu karang dengan cara yang mudah dan sederhana


Oleh :

Adi Ilhan Nuari
1017021018

This scientic paper entitled reef rehabilitation an easy and simple.

Coral reefs are symbiotic mutualism between coral animal with lime producing algae that produce calcium carbonat (CaCO3) through secondary metabolism. Coral reefs are unique ecosystems of tropical water.
There two kind of animals that can form the building coral reefs of calcium carbonate (hermatypic corals) and coral animals can not form of kalsium carbonate (ahermatypic corals).

Coral reefs that have an important role as a protector of the beach, breakwater, protecting the beach from abrasion of sea water. Spawning, nesting, foraging from a variety of marine life, biodiversity warehouse, and housing diversity of underwater life.

Various causes can damage the coral reef ecosystems of human activities such as coral mining, coral trade, blast fishing on coral reef areas, and tourism activities as well as damage caused by anchor fishing. While the damage caused by nature can be subdivided ie physically as hurricanes, climate change, and the tsunami that accompanied the storm, while the biologically because of animal predators by starfish Acanthaster plancii. Because it needs to do the rehabilitation of coral reefs.

In an effort to address the problem of damage to reef ecosystems in their natural habitat, rehabilitation efforts should be made that can be taken in several ways, among others:
1. Developing artificial reef (artificial reef),
2. Developing a transplantation technique,
4. Coral translocation, and
5. Biorock

Transplantation is a method of planting and growth of a coral colony fragmentation method in which the colony is taken from a certain parent colony.To reduce damage to coral reefs need to be a data collection and monitoring of coral reefs to maintain diversity while there must be a community-based management of coral reefs that can be minimized, but the lack of human resources in the field of diving makes pendatan and monitoring activities to be inhibited specifically in Lampung .

























DAFTAR ISI



DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

  1. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.............................................................................................1
B.     Tujuan..........................................................................................................4
C.     Manfaat........................................................................................................4


II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian, Habitat, dan Tipe terumbu karang............................................5
B.     Biologi Karang
1. Anatomi dan struktur hewan karang.......................................................6
2. Proses Memperoleh Makanan.................................................................7
C.     Fakator-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang...........8
1. Cahaya Matahari.....................................................................................8
2. Suhu........................................................................................................8
3. Salinitas...................................................................................................9
4. Kekeruhan dan Sedimentasi....................................................................9
5 Arus (pergerakan air)................................................................................9
6. Subsrat....................................................................................................10
    
       III. METODE KERJA
A.    Cara kerja...................................................................................................11
a.       Survei Pendahuluan.............................................................................11
b.      Langkah Kerja.....................................................................................12
c.       Alat dan Bahan....................................................................................12
d.      Pengambilan Data................................................................................12

       IV. SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan....................................................................................................13
B.     Saran..........................................................................................................13


       DAFTAR PUSTAKA

       LAMPIRAN






  1. PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang


Bagian terbesar dari permukaan bumi, yakni sebanyak 70% tertutup oleh laut. Dengan luas tersebut, laut memiliki sumber daya alam yang sangat besar. Begitu banyak sumber daya alam di laut yang belum diteliti dan dimanfaatkan Salah satunya ekosistem yang banyak diminati wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara adalah terumbu karang. terumbu karang yang merupakan suatu ekosistem khas laut tropis yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan berbagai jenis makhluk hidup. Secara fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi karena hamparan karang dapat meredam energi gelombang yang datang dari laut lepas. Sebagai fungsi biologi, ekosistem terumbu karang, merupakan penopang bagi kehidupan berbagai organisme laut antara lain sebagai tempat pemijahan, pembesaran dan tempat mencari makan.

Sebagai pintu gerbang selatan Sumatera, propinsi Lampung merupakan wilayah yang strategis dan banyak memiliki potensi wisata alam serta budaya masyarakat yang menjadi  aset wilayah cukup besar untuk dikembangkan.salah satunya  Ekositem terumbu karang yang ada di perairan teluk lampung merupakan tempat hidup berbagai jenis organisme laut pada tingkatan invertabrata seperti moluska, crustacean, dan jenis-jenis hewan bertulang belakang, seperti ikan karang, penyu, dan mamalia laut. Terumbu karang bisa disamakan sebagai hutan tropis di daratan yang dihuni oleh ribuan jenis flora dan fauna. Di daerah laut tropis, terumbu karang adalah pusat keanekaragaman hayati yang dihuni ribuan jenis binatang dan tumbuhan.

Terumbu karang memiliki peranan yang sangat penting dalam lingkungan kawasan pesisir dan lautan, baik ditinjau dari segi biologi, ekologi maupun sosio-ekonomi. Terumbu karang sebagai pelindung pantai, sebagai alat pemecah ombak, melindungi pantai dari sapuan badai, tempat berpijah, bertelur, mencari makan dari berbagai biota laut, gudang keanekaragaman hayati dan tempat tinggal beranekaragam kehidupan bawah air, dan juga sebai pencatat peristiwa atau gejala masa lalu.

Gambar 1. Jenis terumbu karang yang ada di pasir timbul dekat Pulau Tegal
(Anemon doc)

Komunitas karang sangat mendukung perekonomian masyarakat misalnya, perikanan teumbu karang, baik tradisional maupun komersil memberikan sumbangan besar untuk meningkatkan perikanan masyarakat setempat dan perekonomian nasional, dan juga kegiatan wisata bahari yang bertumpu pada terumbu karang yang memiliki nilai estetika tinggi meningkatkan pendapatan daerah dan nasional.

Penilaian kondisi terumbu karang didasarkan atas persentasi penutupan karang hidup. Saat ini, kondisi terumbu karang di Pulau Tegal cukup memprihatinkan hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu dengan menggunakan bom dan putas untuk mendapatkan ikan dan juga limbah masyarakat seperti sampah anorganik dari penduduk baik yang berada di pulau maupun dari tidak, hal ini mengakibatkan tutupan terumbu karang hidup hanya 58,52% dengan katagori kurang baik (Maryadi, 2006).

Kerusakan akibat kegiatan manusia antara lain penambangan karang, perdagangan karang, pengeboman ikan di daerah terumbu karang, dan kegiatan pariwisata serta kerusakan yang disebabkan oleh jangkar nelayan. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh alam  dapat dibagi lagi yaitu secara fisik seperti adanya angin topan, perubahan iklim, dan tsunami yang disertai dengan badai, sedangkan secara biologis yaitu karena adanya hewan pemangsa atau predator oleh bintang laut Acanthaster plancii.

Untuk mengurangi kerusakan terumbu karang perlu dilakukan suatu pendataan dan monitoring kondisi terumbu karang sedangkan untuk menjaga keanekaragamannya harus ada suatu pengelolaan yang berbasis masyarakat sehingga kerusakan terumbu karang dapat diminimalkan, tetapi kurangnya sumber daya manusia di bidang penyelaman menjadikan kegiatan pendatan dan monitoring menjadi terhambat khususnya di lampung.

Dalam upaya menanggulangi masalah kerusakan ekosistem karang di habitat alami dan produksi perikanannya serta mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan sumberdayanya, perlu dilakukan upaya rehabilitasi yang dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain :
    1. Mengembangkan karang buatan (artificial reef),
    2. Mengembangkan teknik transplantasi karang,
    3. Translokasi karang, dan
    4. Biorock

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibutuhkan suatu rehabilitasi terumbu karang yang mudah, sederhana dan dapt dilakukan oleh siapa saja, transplantasi adalah solusi yang dapat dilakukan oleh semua pihak saat ini untuk berperan menjaga dan melestarikan Ekosistem terumbu karang tersebut.







Transplantasi karang adalah suatu metode penanaman dan penumbuhan suatu koloni karang dengan metode fragmentasi dimana koloni tersebut diambil dari suatu induk koloni tertentu. Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi dari terumbu karang yang telah mengalami kerusakan, atau sebagai cara untuk memperbaiki daerah terumbu karang. Transplantasi karang telah dipelajari dan dikembangkan sebagai suatu teknologi dalam pengelolaan terumbu karang terutama pada daerah-daerah bernilai ekonomi tinggi.
 







Gambar 2. Transpalntasi yang dilakukan oleh klub selam Anemon di Pulau  Tegal. ( Anemon doc )

  1. Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk dapat memasyarakatkan cara rehabilitasi terumbu karang dengan teknik yang mudah,sederhana dan dapat dilakukan oleh semua pihak.

  1. Manfaat

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya terumbu karang serta bagaiman cara menjaga dan melestarikan terumbu karang a ekosistem terumbu karang yang lestari.




II.                TINJAUAN PUSTAKA



               A.Pengertian, Habitat, dan Tipe Terumbu Karang

Terumbu merupakan ekosistem yang khas perairan tropis. Menurut Timotius (2003), terumbu karang merupakan strukitur dasar lautan yang terdiri dari deposit kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat dihasilkan oleh hewan karang bekerjasama dengan algae penghasil kapur. Sedangkan hewan karang adalah hewan yang tidak bertulang belakang termasuk ke dalam filum Coelentrata (hewan berongga) atau Cnidaria.
Satu individu karang disebut polip yang berukuran kecil. Akifitas biota akan membentuk suatu kerangka atau bangunan dari kalsium karbonat (CaCO3) sehingga mampu menahan gelombang laut yang kuat (Nybakken, 1992).

 Menurut Suharsono (1996). Hewan karang adalah komponen dari terumbu karang, sedangkan terumbu karang adalah  suatu ekosistem, termasuk organisme-organisme lain yang hidup di sekitarnya. Ada dua tipe hewan karang yang dapat membentuk bangunan/terumbu dari kalsium (hermatypic corals) atau disebut juga dengan sebutan reef- building corals dan hewan karang yang tidak dapat membentuk bangunan/ terumbu dari kalsium (ahematypic corals) atau dikenal juga dengan sebutan non reef-building corals (Nybakken, 1992).

Selanjutnya Nybaken (1992), mengelompokkan terumbu karang menjadi tiga tipe umum yaitu :

a)      Terumbu karang tepi (Fringing reef), umumnya berkembang di   sepanjang pantai, terletak di tepi lempengan benua dan di sekeliling pulau-pulau, mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 M. Terumbu karang ini tumbuh ke atas atau kearah laut. Tipe terumbu karang sperti ini paling umum ditemukan di indonesia.
b)      Terumbu karang tipe penghalang (Barrier reef ) terletak di tepi lempengan benua yang dipisahkan oleh goba/lagoon yang dalam dengan jarak yang cukup jauh dari daratan. Pada umumnya ekosistem karang batu dapat tumbuh pada tipe karang penghalang. Pada dasarnya tipe terumbu karang penghalang tumbuh memenjang menyusuri pantai dan biasanya berputar-putar seakanmerupakan penghalang bagi pendatng yang datang dari luar.
c)      Terumbu karang cincin (Atol), adalah terumbu karang yang tumbuh melingkari suatu goba/lagoon dan biasanya terdapat di lepas pantai. Kedalaman goba di dalam atol sekitar 45 meter namun jarang sekali ditemukan sampai 100 meter sperti terumbu karang penghalang. Di prediksi bahwa asal mula atol berasal dari terumbu karang tepi pada sebuah gunung berapi yang secara perlahan – lahan tenggelam disebabkan oleh adanya perubahan tinggi permukaan laut dan terjadi penumpukkan sedimen karang yang semakin berat.
    1. Biologi Karang

1.Anatomi dan Struktur Hewan Karang

Hewan karang biasanya hidup dengan cara membentuk suatu kelompok (koloni), tetapi ada juga yang hidup sendiri (soliter). Satu koloni dapat mencapai ribuan individu yang berupa polip. Hewan karang atau polip mirip dengan ubur-ubur. Hewan karang diibaratkan ubur-ubur yang terbalik dengan banyak tentakel yang menghadap ke atas dam menempel pada substrat berupa kalsium karbonat (CaCO3). Mulut hewan karang yang sekaligus berfungsi sebagai anus terletak di bagian atas, dengan adanya tentakel pada sekeliling mulut berfungsi pada saat menangkap mangsa. Makanan yang masuk akan dicerna oleh filament mesentery (usus) dan sisa makanan dikeluarkan melalui mulut. Menurut Suharsono (1996), dinding polip terumbu karang terdiri dari tiga lapisan yaitu :

1.      Lapisan Ektoderm
Lapisan Ektoderm merupakan lapisan terluar, pada lapisan ini terdapat glandula yang berisi  mucus (kantong lendir),  cillia (rambut halus), dan sel knidoblast  yang berisi nematocyst.

2.      Lapisan Mesoglea
Lapisan mesoglea  merupakan lapisan tipis seperti jelly dan terletak di tengah, diantarab lapisan ektoderm dan lapisan endoderm.  Di dalam lapisan jelly terdapat fibril sedangkan di luarnya terdapat sel seperti sel otot.

3.      Lapisan Endoderm
Merupakan lapisan yang berada paling dalam dan merupakan tempat algae (Zooxanthellae) yang bersimbiosis secara mutualisme dengan hewan karang. Simbiosis ini menghasilkan terumbu yang berasal dari kalsium karbonat (CaCO3).

                          2.  Proses Memperoleh Makanan

Menurut Timotius (2003), hewan karang memilki dua cara untuk mendapatkan makanan, yaitu dengan cara :
                              1. Menangkap Zooplankton yang melayang dalam air.
                              2. Menerima hasil fotosintesis dari Zooxanthella.

Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai mulut :
 1. Mangsa ditangkap oleh tentakel lau di bawa   kemulut.     
 2. Mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut oleh gerakan   siliia di sepanjang tentakel.

   3. Faktor – faktor Pertumbuhan Karang

Faktor – faktor lingkungan yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup hewan karang antara lain :

a. Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan faktor paling penting dalam pertumbuhan terumbu karang, karena cahaya matahari digunakan oleh Zooxanthelallae dalam proses fotosintesis. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan terhambat dan pembentukan kerangka kalsium karbonat atau kalsifikasi dalam terumbu karang akan terhambat pula. Kalsifikasi dapat terjadi jika terjadinya fotosisntesis yang menghasilkan karbon, maka kalsifikasi hanya terjadi pada saat produiktif fotosintesis yaitu siang hari. Penetrasi cahaya tergantung pada kedalaman, semakin dalam maka semakin berkurang pula itensitas cahaya  yang masuk. Itensitas dan kualitas cahaya yang menembus perairan sangat penting, selain dalam proses fotosintesis tetapi juga sebaran terumbu karang dalam perairan dan produksi oksigen oleh Zooaxanthellae (Suharsono, 1998).

             
               b. Suhu

Suhu dapat membatasi sebaran terunbu karang secara geografis. Suhu optimal untuk kehidupan karang antara 25 derajat celcius hingga 28 derajat celcius, dengan pertumbuhan optimal rerata tahuan berkisar 23 derajat celcius hingga 30 derjat celcius. Pada temperatur dibawah 19 derajat celcius pertumbuhan karang terhambat bahkan dapat mengakibatkan kematian dan pada suhu diatas 33 derajat celcius menyebabkan pemutihan karang atau bleaching yaitu proses keluarnya Zooaxanthellae keluar dari hewan karang, sehingga dapat menyebabkan kematian karang (Putranto, 1997).


c.  Salinitas

Secara fisiologis salinitas sangat mempengaruhi kehidupan hewan. Terumbu karang memerlukan salinitas yang relatif tinggi untuk pertumbuhan. Salinitas optimum bagi kehidupan karang berkisar 27 ppm – 40 ppm sehingga karang jarang sekali ditemukan di daerah yang bercurah hujan tinggi, perairan dengan kadar garam tinggi dan muara sungai (Nybakken, 1992). Adanya deposit air tawar yang cukup banyak dapat menyebabkan kematian hewan karang. Hal ini disebabkan pebedaan tekanan osmosis pada air tawar dan air laut (Suharsono, 1998).

d. Kekeruhan dan Sedimentasi

Kekeruhan perairan dapat menghambat penetrasi cahaya yang masuk ke peraiaran dan akan mempengaruhi kehidupan karena karang tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Sedangkan sedimentasi mempunyai pengaruh yang negatif yaitu sedimen yang berat dapat menutup dan menyumbat bagian struktur organ karang untuk mengambil makanan dan mempengaruhi pertumbuhan karang secara tidak langsung, karena terumbu karang harus mengeluarkan energi lebih besar untuk menghalau sedimentasi yang menempel pada permukaaan polip. Perairan yang memiiki kekeruhan dan sedimentasi yang timggi cenderung memiliki keanekaragaman dan tutupan karang hidup rendah.

e.  Arus (pergerakan air)

Pergerakan air berupa ombak dan arus berperan dalm pertumbuhan karang, karena membawa oksigen dan bahan makanan serta terhindarnya karang dari timbunan endapan dan kotoran yang akan menghambat karang dalam menghambat mangsa. Karang cenderung akan tumbuh baik di daerah yang memilki ombak dan pola arus yang kuat (Putranto, 1997). Menurut Suharsono (1998), pertumbuhan karang dalam perairan yang berarus kuat akan lebih baik dari pada di periaran yang tenang dan terlindungi.


f.  Substat

Substat keras sangat tepat untuk larva karang menempel dan tumbuh. Dengan sifat substat yang keras larva karang mampu mempertahankan diri dari hempasan ombak dan arus yang kuat (Aldila, 2011).
















III. METODE KERJA


A. Cara Kerja


a.  Survei pendahuluan (Manta Tow)

Penentuan tempat peletakan transplantasi karang dan tempat pengambilan karang yang akan ditempelkan pada substrat transplantasi dengan metode Manta tow (pengamatan langsung dari permukaan air dilengkapi dengan alat snorkeling yaitu masker, snorkel, dan, fins). Dari hasil survei pendahuluan di permukaan, ditentukan titik peletakan transplantasi karang dan pengambilan smpel karang yang akan di transpalntasi.

           b. Langkah kerja

Setelah ditentukan titik pengambilan dan peletakan karang yang akan di tranplantasi maka langkah selanjunya adalah,
1.      Menempelkan subsrat yang berbentuk lingkaran yang berdiameter 8 cm yang telah dilubangi bagian tengahnya ke kerangka berbentuk persegi panjang dengan menggunakan tali tis.
2.      Mengambil patahan karang yang akan ditempelklan pada substrat yang telah dibuat.
3.      Patahan karang tadi ditempelkan pada substrat, penempelan ini dilakukan di dalam air karna hewan karang akan mati jika terkena sinar matahari langsung dengan waktu yang relatif singkat.
4.      Setelah selesai penempelan maka kerangka tersebut di letakkan pada titik peletakan menggunakan alat SCUBA.

                 Gambar.3 Peletakan kerangka transpantasi terumbu karang ( Anemon doc )

                 c. Alat dan Bahan

Pelaksanaan transplantasi ini menggunakan alat selam dasar dan SCUBA untuk membantu peletakan kerangka tranplantasi di bawah air, depth meter untuk mengukur kedalaman, kerangka tranplantasi tempat menempelnya subtrat dan patahan karang yang akan ditranplantasi, tali tis digunakan untuk menempelkan substrat ke kerangka serta menempelkan patahan karang ke substrat, kamera bawah air untuk  dokumentasi, serta alat tulis bawah air berupa sabak dan pensil untuk mengukur panjangnya karang yang di tranplantasikan tersebut.

                   d.  Pengambila data

Pengambilan data untuk analisis terumbu karang dilakukan dengan metode pengamatan (monitoring) setiap bulanya. Panjang terumbu karang yang tumbuh di ukur setiap bulanya di catatt untuk mengetahui berapa partambahan panjang pertumbuhan karang tiap bulanya, serta dilakukan pengambilan gambar dan video dengan kamera bawah air untuk mengetahui gambaran keseluruhan terumbu karang yang hidu serta dapat mengidentifikasi jenis terumbu karang karna titik pertumbuhan karang dapat berubah mengikuti lingkunganya.



IV. SIMPULAN DAN SARAN


                  A. Simpulan

1.      Terumbu karang memiliki peranan yang sangat penting dalam lingkungan, baik ditinjau dari segi biologi, ekologi maupun sosio-ekonomi.
2.      Terumbu karang sebagai pelindung pantai, sebagai alat pemecah ombak, melindungi pantai dari sapuan badai, tempat berpijah, bertelur, mencari makan dari berbagai biota laut, gudang keanekaragaman hayati dan tempat tinggal beranekaragam kehidupan bawah air.
3.      Dengan banyaknya faktor yang dapat menyebabakan kerusakan terumbu karang maka seharusnya dilakukan suatu rehabilitasi terumbu karang dengan metode yang mudah, sederhana dan dapat dilakukan semua orang. 
4.      Transplantasi adalah suatu metode yang mudah dan sederhana untuk merehabilitasi terumbu karang, menempelkan patahan karang masih hidup pada substrat dan dilakukan peletakan.

               B. Saran

Karena kondisi lingkungan yang semakin memburuk setiap tahunya dan setiap tahunya pasti banyak terumbu karang yang mati akibat ulah manusia maupaun gejala alam maka perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi terumbu karang mulai dari kegiatan mahasiswa seperti yang sering dilakukan oleh Klub Selam Anemon Jurusan Biologi FMIPA serta kegiatan besar dari Dinas – dinas yang terkait agar dapat dijadikan kegiatan tahunan jika bisa menjadi kegiatan bulanan serta dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komunitas terumbu karang. 


DAFTAR PUSTAKA

Aldila, A. 2011. Inventarisasi dan kondisi terumbu karang Di Pulau Rimau Balak,      Kandang Balak, Dan Prajurit Kec. Bakauheni, Lampung Selatan.Lampung: Unila.
Nybakken, J.W.  1992. Biologi  Laut  :  Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa  : H.  M.. Eidma, Koesbiantoro, D   G. Benger, M.  Hutomo,  dan  S. Sukarjo.Gramedia. Jakarta.
Nybakken, J.W.  1992. Biologi  Laut  :  Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa  : H.  M.. Eidma, Koesbiantoro et el.Gramedia. Jakarta.
Putranto,  S.  1997.  Pengaruh Sedimentasi dan limbah Terproduksi terhadap Komunitas Terumbu Karang Di Selat Sele, Serong-irian jaya. Institut Pertanian Bogor.
Suharsono.  1987.  Pertumbuhan Karang.  Oseano Vol IX No.2. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Suharsono.  1996.  Jenis-jenis Karang Yang Umum Dijumpai DI Perairan Indonesiartumbuhan Karang. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Suharsono.  1998.  Kesadaran masyarakat tentang terumbu karang (kerusakan di Indonesia). LIPI. Jakarta.
Timotius.   2003. Karakteristik Terumbu Karang. Makalah trining course. Yayasan Terumbu Karang Indonesia.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar